Senin, 05 September 2016

PENGARUH AKTIVITAS PERTANIAN TERHADAP PENURUNAN pH TANAH

 

Ativitas di dunia pertanian yang berlangsung terus menerus ternyata dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan pH tanah setempat. Pemberian pupuk yang mengandung ion H, seperti urea dan ZA dapat menyumbang penurunan pH tanahatau meningkatkan keasaman tanah. Pelepasan ion H selain melalui pemberian pupuk juga dapat disebabkan adanya pelepasan ion H oleh akar tanaman itu sendiri. Seperti kita ketahui, bahwa reaksi yang menghasilkan ion H adalah reaksi yang dapat menurunkan pH tanah. Pangangkatan kation basa dalam kegiatan panen dan penambahan ion organik dalam bentuk bahan organik sisa panen juga ikut mempengaruhi penurunan pH tanah. Kation basa yang mestinya berperan untuk meningkatkan keasaman tanah harus diangkat dari tanah dalam bentuk hasil panen. Aktivitas pertanian lain yang juga ikut menyumbang penurunan pH tanah adalah nitrifikasi nitrogen dan proses mineralisasi. Diantara aktivitas tersebut di atas, pengaruh terbesar dalam penurunan pH tanah adalah aktivitas pemupukan. Oleh karena itu, pemberian pupuk pelepas ion H hendaknya disertai dengan pemberian kapur, sehingga proses penyerapan unsur hara oleh akar tanaman akan lebih optimal dalam keasaman yang lebih rendah.

Pemberian pupuk yang melepaskan ion H apabila tidak diimbangi dengan pemberian kapur maka hal itu akan mempertinggi keasaman tanah. Dengan demikian, dalam jangka waktu tertentu tingkat kesuburan tanah menjadi berkurang, sehingga setiap periode penanaman petani harus meningkatkan volume pemberian pupuk. Peningkatan volume pemberian pupuk pada setiap kali periode tanam tentu saja akan meningkatkan biaya produksi petani. Hal tersebut diperparah dengan ketahanan tanaman yang semakin rentan terhadap serangan hama penyakit karena ketidakseimbangan serapan 
unsur haraoleh akar tanaman. Dominasi pemberian dan serapan unsur hara tertentu akan menimbulkan ketidakseimbangan nutrisi tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman lebih rentan terhadap serangan hama penyakit.




Sebagai gambaran untuk memperjelas uraian di atas adalah pemberian pupuk urea atau ZA yang sangat mempengaruhi peningkatan keasaman atau penurunan pH tanah. Setiap molekulpupuk urea atau ZA yang diberikan dalam proses pemupukan, akan melepaskan sebanyak 4 ion H. Oleh karena reaksi tersebut, pada saat pemberian pupuk yang mengandung nitrogen tinggi sebaiknya juga diikuti dengan pemberian kapur atau kalsium, sehingga pH tanah akan tetap stabil dan serapan terhadap pupukyang diberikan akan lebih optimal. Jumlah pemberian kapur setiap pemupukan idealnya berdasarkan kondisi pH setempat. Tetapi secara umum, untuk menstabilkan kondisi pH tanah, maka pemberian kapur dolomit yang dibutuhkan adalah 1.62 kg kapur/kg urea atau 1.50 kg kapur/kg ZA. Dengan diimbangi pemberian kapur pertanian tersebut, diharapkan dalam jangka waktu yang lebih lama kondisi pH tanah tetap stabil. Kondisi pH yang mendekati netral akan meningkatkan produktivitas dan hasil panen petani. Tentu saja akan mempengaruhi tingkat keuntungan dari usaha agribisnis pertanian tersebut.

Selain itu, pemberian pupuk phosphat dan bahan organik yang belum terdekomposisi juga dapat menurunkan pH tanah. Dengan asumsi ini, pemberian bahan organik sebaiknya dalam bentuk
pupuk organik yang sudah terdekomposisi atau telah melalui proses pengomposan, sehingga bahan organik tersebut tidak berperan dalam pelepasan ion H. Selain itu, pemberian bahan organik yang telah melalui proses dekomposisi justru dapat meningkatkan pH tanah. Namun demikian, asumsi tersebut tidak begitu berlaku jika diterapkan di daerah pegunungan, karena suhu udara pengunungan sangat rendah. Pemberian bahan organik yang masih segar bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan suhu tanah.


Sumber : http://www.tanijogonegoro.com/

PENGARUH pH TANAH TERHADAP TINGKAT KELARUTAN UNSUR HARA

Pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara sangat signifikan. Hal ini disebabkan nilai pH tanah memiliki hubungan yang erat terhadap ikatan antar ion tanah. Berikut ini uraian dan penjelasan mengenai pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara yang dapat dimanfaatkan untuk menopang pertumbuhan tanaman.


Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur nitrogen (N) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara


Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur phosphat (P) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara


Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur kalium (K) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara


Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur kalsium (Ca) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara


Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur magnesium (Mg) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara


Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur sulfur (S) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara


Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur almunium (Al) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara


Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur ferum (Fe) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara


Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur mangan (Mn) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur molibdenum (Mo) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara


Ilustrasihadap tingkat kelarutan unsur boron (B) pada tanah mineral




Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur tembaga (Cu) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara


Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur seng (Zn) pada tanah mineral

Ilustrasi pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara

Penjelasan

Dari gambar ilustrasi di atas, dapat dilihat bahwa unsur hara makro yang terdiri dari nitrogen, phosphat, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur, lebih tersedia atau larut pada ph Tanah mendekati netral. Hal ini berkebalikan dengan unsur hara mikro selain molibdenum yang lebih larut atau tersedia dalam jumlah cukup banyak pada pH rendah. Sementara untuk molibdenum justru berkebalikan dengan unsur hara mikro lain, yaitu tersedia atau lebih larut dalam pH basa atau di atas 7. Tingkat kelarutan unsur hara tersebut sering diabaikan dalam dunia pertanian, terutama oleh para petani yang masih mengusahakan budidaya dengan cara tradisional.

Dengan mempertimbangkan tingkat kelarutan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan, jika suatu tanaman ditanam pada tanah masam maka unsur hara yang tersedia dalam jumlah banyak adalah unsur hara mikro. Sementara itu, unsur hara mikro yang sebetulnya hanya dibutuhkan sedikit oleh tanaman justru tersedia dalam jumlah yang besar, sehingga berpotensi menimbulkan keracunan pada tanaman, misalnya tanaman menjadi keracunan besi (Fe) atan almunium (Al).

Tingginya ketersediaan unsur hara mikro pada tanah-tanah masam juga mengakibatkan ikatan-ikatan antarion tanah menjadi tinggi. Usur besi, mangan, dan almunium akan mengikat kuat terhadap unsur hara makro, terutama phosphor. Hal ini mengakibatkan ketersediaan unsur hara makro pada tanah masam menjadi rendah. Jika tanaman tetap dipaksakan pada tanah yang ber pH rendah akan mengalami kekurangan atau kahat unsur hara.

Ilustrasi tersebut juga bisa memberikan penjelasan mengenai tingkat kelarutan atau ketersediaan unsur hara pada tanah-tanah alkalis dengan pH di atas 7. Dimana pada pH di atas 7.5 ketersediaan unsur hara makro selain kalsium semakin rendah. Pada kondisi ini, unsur hara makro terutama unsur phosphor akan terikat dengan unsur kalsium yang tersedia dalam jumlah banyak.

Dengan melihat pengaruh pH tanah terhadap tingkat kelarutan unsur hara serta mempertimbangkan kebanyakan tanah di Indonesia, sebagai wilayah yang beriklim tropik basah dengan kecenderungan bernilai pH rendah (asam), maka dalam aplikasi budidaya di sektor pertanian membutuhkan pengapuran dalam jumlah cukup, agar unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam jumlah banyak dan langsung dapat diserap oleh akar tanaman.

Sumber : http://www.tanijogonegoro.com/

Minggu, 04 September 2016

KATA PENGANGKAT

Allah telah menciptakan makhluknya dalam kesempurnaan dan Keseimbangan. Maka kita sebagai hamba Allah yang diberi amanah untuk menjaga kesempurnaan dan keseimbangan tersebut agar lestari.
Allah memerintahkan untuk menjaga aalam ini dan jangan sampai membuat kerusakan di muka bumi ini. Untuk itu mari kita jaga bersama alam ciptaan-Nya demi anak cucu kita.
Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan telah membuat kerusakan bumi Allah ini. Baik kegiatan penanmbangan bahan bahan tambang di permukaan bumi sampai dengan kedalamannya. Serta penggunaan lahan untuk budidaya yang tidak bijaksana sehinnga membuat lahan budidaya tersebut menjadi sakit.
Mari kita sembuhkan penyakit yang ada di lahan budidaya dengan menggunakan bahan alami (organik), kita tinggalkan bahan sintetis (an organik) agar lahan kita segera sembuh. Yang akhirnya dapat memberikan hasil yang maksimal demi kepentingan kita dan dapat kita wariskan ke anak cucu kita dengan baik.